Rabu, 01 Maret 2017

Siti dan Sepatu Putihnya

Setelah pulang sekolah, Siti tampak sedang bermain ke sawah dan melihat-lihat kecobong disekitar pematang sawah. Saat ini sedang musim hujan di desa tempat Siti tinggal bersama Ayah, Ibu dan Adik-adiknya. Ayahnya seorang petani yang rajin dan tekun. Siti senang melihat Ayah dan Ibunya sedang menanam padi di sawah.

Siti sedang menunggu Ayahnya untuk pergi ke masjid bersama.  Siti mendengar Ayahnya memanggilnya, "Siti, dimana kamu?". Siti menjawab, "Aku disini Ayah”. Setiap hari ia biasa pergi bersama Ayahnya ke masjid untuk shalat zhuhur berjamaah, setelah itu Siti mengikuti pengajian bersama teman-temannya di masjid, dibimbing oleh Ustazd Amir.


Ketika mereka sedang berjalan, mereka mendengar suara, cuuiit, cuuiit, cuuiit. “Suara apa itu?” tanya Siti. Mereka berhenti untuk mendengarkan suara itu, tapi suara itupun berhenti. Saat mereka mulai berjalan lagi, mereka mendengar suara itu lagi, cuuiit, cuuiit, cuuiit. Sekali lagi mereka berhenti untuk mendengar dan mencari dari mana suara itu. Sekali lagi suara itupun berhenti lagi. Ayah dan Siti sangat bingung. “Apakah seseorang mengikuti kita, Yah?”, tanya Siti, saat ia melihat-lihat disekelilingnya. Tetapi tidak ada seorangpun disana. Apa yang bisa menjadikan suara itu? Apakah burung di langit atau serangga di sawah?

Saat Siti akan berjalan lagi, tidak sengaja ia melihat ke bawah sepatunya, dan ia menjerit. " iih, ini sepatu aku, Ayah. Sepatuku basah dan membuat suara cuuiit itu tadi". Mereka berdua tertawa terbahak-bahak. Ayahnya melihat sepatu Siti dan berkata, "Siti, ada lubang di sepatumu. Ayah perlu membelikan kamu sepatu baru. Minggu depan jika ayah telah mendapatkan uang, Insya Allah, Ayah akan menyisihkan sebagian uang Ayah untuk membelikan Siti sepatu baru".

Siti sangat bergembira. Berbelanja sepatu baru akan menyenangkan sekali.

Pada hari Senin setelah pulang sekolah, Siti menemui Ayahnya, "Ayah, bisakah kita pergi berbelanja sepatu?". Ayahnya mengatakan, "Sabar ya, Siti". Kemudian Siti mengatakan kepada Ayahnya, "Ayah, hari ini aku melihat temanku Maesaroh memakai sepatu hitam yang baru." Ayahnya mengatakan, "Alhandulillah, itulah yang Allah telah berikan kepadanya."

Pada hari Selasa setelah pulang sekolah, Siti bertanya kepada Ayahnya lagi, “Ayah, bisakah kita pergi berbelanja sepatu?" Ayahnya mengatakan hal yang sama, seperti kemarin, "Sabar ya, Siti". Sitipun mengatakan lagi kepada Ayahnya, "Ayah, hari ini aku melihat Ustazd Amir memakai sandal baru"  Ayahnya mengatakan kembali, "Alhandulillah, itulah yang Allah telah berikan kepadanya."

Pada hari Minggu, Siti bertanya lagi kepada Ayahnya, "Ayah, bisakah kita pergi berbelanja sepatu?".  Ayahnya mengatakan, "Iya, hari ini setelah shalat zhuhur, insya Allah, kita akan pergi dan membeli sepatu buat Siti." Setelah melaksanakan shalat zhuhur Siti cepat bersiap-siap untuk pergi berbelanja.

Di toko sepatu, Siti melihat sepasang sepatu bagus berwarna hitam. "Ayah, sepatu ini terlihat bagus sekali." Ayahnya mengatakan, "Ya, tampat bagus sekali, Siti." Kemudian Ayahnya melihat harganya, "Siti, kita hanya mempunyai uang Rp.150.000,- untuk membelikan sepatu Siti. Sepatu ini harganya Rp.225.000,- Sepatu semahal ini tidak memberikan manfaat yang lebih. Ini merupakan pemborosan. Kita harus mengeluarkan uang tambahan sebesar Rp.75.000,-. Allah tidak ingin kita menjadi boros. Coba Siti pikirkan, apa yang bisa Siti gunakan dengan uang sebesar Rp.75.000,-?

Ayah Siti kemudian membacakan Ayat Al Qur’an Surat Al An’Am (6) Ayat 141 :

Bismillahir Rahmanir Rahim

Wa laa Tusri fuu
Innahu La yuhibbul Musrifeen

“Janganlah berlebih-lebihan (boros), Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan (boros)

“Baik, Ayah." Kata Siti. “Kita tidak akan boros." Siti selalu mematuhi Ayahnya, dia adalah anak yang soleha.

Kemudian Siti melihat sepasang sepatu coklat yang terlihat bagus. "Ayah, sepatu ini harganya Rp.160.000,- saja, apakah kita bisa membelinya, Ayah?" tanya Siti. Ayahnya melihat sepatu  tersebut dan berkata, “ Ya, Siti sepatu ini cocok buat Siti, kita bisa membelinya."

Kemudian pelayan toko sepatu itu mencari ukuran sepatu yang cocok untuk Siti. Sambil menunggu, Siti berjalan-jalan di sekitar toko dan segera ia melihat sepasang sepatu putih yang harganya Rp.120.000,-. Dia suka sekali tali sepatu putih itu, ada sepasang lonceng kecil menggantung di ujung tali sepatu itu.

“Ayah, Ayah," seru Siti kegembiraan, "Dapatkah saya membeli sepasang sepatu putih ini dengan lonceng kecil diujung talinya. Sepatu putih ini lebih murah dari sepatu yang berwarna coklat tadi. Kita juga akan menghemat uang.  Apakah Ayah tahu berapa uang yang telah kita hemat, Ayah?"

“Apakah Siti yakin ingin sepatu putih ini?". Ayah tidak keberatan membayar uang Rp.160.000,- untuk sepatu warna coklat tadi, jika Siti ingin sepatu coklat itu." kata Ayahnya.  “Tidak, aku tidak ingin sepatu coklat itu mahal. Aku ingin sepatu putih yang lebih murah dan bagus. Ayah, kita tidak harus membuang-buang uang. Ingat apa yang dikatakan Allah. Siti mengingatkan Ayahnya dengan membaca ayat dari Al Qur’an Surat Al An’Am (6) Ayat 141 :

Bismillahir Rahmanir Rahim

Wa laa Tusri fuu
Innahu La yuhibbul Musrifeen

“Janganlah berlebih-lebihan (boros), Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan (boros)


Ayahnya tersenyum  ketika Siti selesai membaca ayat tersebut.  Dia mengatakan, "Iya, Siti sekarang memiliki sepasang sepatu putih baru." Siti menjawab, "Alhamdulillah, ini adalah apa yang Allah telah berikan kepada Siti."

Siti sangat senang sekali. Dia terus melihat sepatu putihnya yang baru, sambil tersenyum terus mengatakan, "Alhamdulillah, Alhamdulillah."


Dalam perjalan pulang ke rumah, Ayah Siti mengatakan, "Siti, kamu dapat memiliki sisa uang yang telah kita hemat sebesar Rp.30.000,- dari membeli sepatu putih tadi. Siti dapat melakukan apa saja yang Siti inginkan dengan sisa uang itu, tapi ingat uang itu hanya untuk melakukan hal-hal yang akan membuat Allah senang ketika Allah telah memberikan rezeki untuk kita, Allah juga akan memperhatikan kita apa yang akan kita lakukan dengan uang sebesar Rp.30.000,- yang Allah telah berikan kepada kita."

Ayah Siti membacakan Ayat Al Qur’an Surat An Nahl (16) Ayat. 53

Bismillahir Rahmanir Rahim

Wama bikum min ni'matin faminallah

Segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah.


Hari berikutnya Siti sedang memikirkan apa yang akan ia gunakan dengan uang itu. Uang ini banyak sekali dan dia tidak pernah memiliki sebanyak ini sebelumnya. Pada awalnya dia berpikir untuk menghabiskan uang ini untuk membeli es krim atau coklat bahkan membeli boneka yang telah ia lihat di pasar. Memikirkan uang itu membuatnya Siti bersemangat, tapi kemudian dia bertanya pada dirinya sendiri, "Apakah Allah senang dengan apa yang saya lakukan dengan menghabiskan uang itu untuk keperluan dirinya sendiri?"

Keesokan harinya sepulang sekolah Siti duduk dengan Ayahnya dan mulai menceritakan idenya untuk menggunakan uang itu dalam lima cara. Siti bertanya kepada Ayahnya, “Ayah, berapa banyak uang yang dapat aku bagikan untuk masing-masing cara jika aku mempunyai uang Rp.30.000 ke dalam lima cara.". Ayahnya menjawab. "Masing-masing cara sebesar Rp.6.000,-“. Siti mulai berpikir, dia bisa menghabiskan Rp.6.000,- untuk dirinya sendiri, ia memiliki Rp.6.000,- untuk diberikan kepada Ibunya yang ia cintai, ia dapat menggunakan Rp.6.000,- membelikan adik-adiknya jajanan, dan ia bisa menabung Rp.6.000,- dan terakhir Rp.6.000,- akan ia berikan kepada keluarga miskin yang tinggal di dekat masjid. Siti berkata dalam dirinya sendiri, "Ya Allah, semoga Engkau senang jika aku menggunakan uang itu dengan cara ini daripada aku habiskan untuk diri aku sendiri."

Hari berikutnya Siti pergi bersama Ibu untuk mengujungi keluarga miskin. Ketika mereka sampai di rumah tersebut terdengar suara beberapa anak menangis. Siti dan Ibunya berkata, "Assalamu’alaikum, Bi Anah." Bi Anah keluar dan membalas, "Wa alaikumus’salam." Salah satu anak gadis kecil mengikuti Bi Anah dan terus berkata,"Emak, aku lapar. Aku mau makan."

Ibu Siti memberikan beberapa pakaian bekas untuk Bi Anah, dan Siti memberikannya uang Rp.6.000,-. Bi Anah sangat bahagia sekali dan mengatakan, "Alhamdulillah." Bi Anah segera membisikan anaknya untuk pergi dan membeli sebungkus nasi sehingga dia bisa makan bersama adiknya, karena di rumahnya tidak ada makanan. Meskipun mereka berbicara sambil berbisik tapi Siti dan Ibunya bisa mendengarnya.

Siti sangat sedih dan terkejut ternyata di rumah Bi Anah tidak ada makanan, sedangkan di rumahnya selalu ada sesuatu untuk dimakan. Dia memasukkan tangannya kedalam saku roknya dan dia merasa masih ada sisa uangnya. Siti menyadari bahwa Bi Anah membutuhkan uang untuk memberi makan keluarganya dan aku tidak membutuhkan uang tambahan. Siti memutuskan untuk memberikan semua sisa uangnya Rp.24.000,- untuk Bi Anah. Siti melihat cahaya kegembiraan di wajah Bi Anah bahkan lebih dari itu saat ia terus mengulangi, "Alhamdulillah, Alhamdulillah, Masya Allah". Ia mengatakan kepada anaknya lagi untuk membeli beras dan ikan kering.

Ketika Siti dan Ibunya sampai di rumah. Siti menangis karena ia ingat keluarga Bi Anah yang tidak memiliki makanan di rumah mereka. Ibunya menghibur Siti dan berkata, "Allah mengirimkan rezeki kepada siapa yang ia pilih. Dan Allah memberikan lebih untuk beberapa umatnya dan memperhatikan apakah mereka akan menghabiskan semuanya untuk diri mereka sendiri atau mereka akan berbagi dengan mereka yang membutuhkan.". Siti melihat sepatu barunya dan mengatakan, "Alhamdulillah, saya senang membeli sepatu putih ini, ada sisanya Rp.30.000,- dan karena itu bisa memberikannya kepada keluarga Bi Anah."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar