Minggu, 22 Januari 2017

Berfikir sebagai jalan masuknya hikmah

Adalah akan jauh lebih baik, bila kita menemukan kebenaran dari hasil pemikiran sendiri daripada menerima suatu kebenaran dari orang lain ( I hear I forget, I see I know, I do I understand ).

Menerima kebenaran dan menemukan kebenaran adalah sesuatu yang berbeda. Menerima kebenaran cukup dengan bertaqlid (mengikuti), sedangkan menemukan kebenaran hanya akan diperoleh melalui pemikiran yang mendalam (tafakur). Kebenaran yang ditemukan sendiri, ibarat mata air yang tak pernah kering.


Firman Allah :
ALLAH menganugrahkan hikmah (kepahaman yang tentang Al-Qur'an dan As-Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang diberi hikmah, sesungguhnya ia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal sehat. [Al-Baqarah (2):269]

Sama seperti halnya dengan rezeki, maka al-hikmah inipun hanya diberikan Allah kepada orang-orang yang berusaha untuk mendapatkannya; yaitu orang-orang yang menggunakan kemampuan akal dan rasa yang dimilikinya untuk berfikir (bertafakur). Semakin bersungguh-sungguh usaha yang dilakukannya, maka semakin tinggi pula kualitas al-hikmah yang diperoleh dari-Nya.

Firman Allah :
Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam kebanyakan dari kalangan jin dan manusia. Mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah), dan mempunyai mata tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka ini seperti hewan ternak bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang lalai. [Al-Araaf (7);179 ]

Sesungguhnya buah dari tafakur adalah keyakinan-keyakinan Ilahiyah yang akan memudahkan kita dalam mengendalikan diri agar dapat selalu taat pada keinginan Allah dan Rasul-Nya.

Oleh karena itu banyak obyek yang dapat difikirkan (ditafakuri), antara lain:
  • Bertafakur mengenai tanda-tanda yang menunjukkan kekuasaan Allah; akan lahir darinya rasa tawadhu (rendah hati) dan rasa takzim akan keagungan Allah
  • Bertafakur mengenai kenikmatan-kenikmatan yang telah Allah berikan; akan lahir darinya rasa cinta dan syukur kepada Allah
  • Bertafakur tentang janji-janji Allah; akan lahir darinya rasa cinta kepada akhirat
  • Bertafukur tentang ancaman Allah; akan lahir darinya rasa takut kepada Allah
  • Bertafakur tentang sejauh mana ketaatan kita kepada Allah sementara Ia selalu mencurahkan karunianya kepada kita; akan lahir darinya kegairahan dalam beribadah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar